Senin, 03 Desember 2018

Mata di Parkiran

jarum pendek jam sudah sudah sampai diangka 5, suasana kantor tampak begitu sepi hanya ada beberapa orang yang sedang asik dengan laptop nya, ada pula yang asik dengan smartphone nya sembari menunggu jemputan datang. sedangkan aku, aku hanya  menunggu, menunggu rasa bosan dan malas hilang dariku, bosan untuk dikantor dan malas untuk pulang kerumah. tak seperti karyawan lain nya yang menunggu waktu pulang tiba, aku malas untuk beranjak keluar kantor. bukan karena aku rajin bekerja, tapi aku benci akan kesunyian setelah pulang kantor, karna hanya ini tempat yang aku anggap ramai, jauh dari kesunyian, jauh dari kesendirian.

20 menit sudah terlewat dari jam pulang kantor, aku mengemasi barang-barang ku yang tak banyak, beranjak pulang. tidak asik rasa nya menjadi bagian dari kesunyian kantor ini.  aku beranjak dan mengarah ke parkiran tempat motor ku berada, tidak lupa aku berpamitan pada secuirity yang bertugas yang selalu berkata 'jadi yang terakhir lagi pak'. 

ada yang berbeda suasana parkiran kala, bukan karna tiada nya motor ku disana, tetapi ada seorang yang baru beranjak pulang juga. bukan hal yang tidak biasa memang berpapasan dengan manusia yang baru pulang jam segini, tapi dirinya yang membuat tidak biasa, seorang yang tidak aku kenali, mungkin dia bekerja di kantor sebelah, tapi baru kali ini aku melihat dirinya. mungkinkah tamu? oh kurasa bukan, ini sudah bukan jam kunjungan. yasudahlah aku tidak peduli dengan nya, sampai aku melihat dia sedang memakai buff sampai menutup mukanya, benar-benar menutup wajah nya. aku tersenyum melihat tingkah nya yang menurut aku lucu. 

'gimana lu nengok jalan' dalam hatiku. lalu dia menarik sedikit buff nya tadi hingga hanya kelihatan bagian mata saja, dan matanya menatapku. aku tak tau tatapan apa itu, yang jelas tatapan itu membuat jantungku berdebar tak karuan, seakan aku terciduk memperhatikan dia dari tadi, aku tidak tau harus berkata apa, lidah ku kaku, yang bisa aku lakuin hanya senyum yang aku sendiri  tidak tau apa artinya senyuman ku. beruntungnya dia tidak mengira aku ingin berbuat jahat, dia tidak teriak walau aku terlihat seperti copet yang terciduk. dia terlihat membalas senyum ku, aku tau walau tidak melihat bibir nya, aku tau dari matanya, matanya yang indah itu, matanya yang membuat jantungku bergembira.

aku sudah siap untuk menjalankan motor ku, lalu aku mencuri-curi pandang ke dia dan sial nya aku ketauan lagi. ingin sekali aku berbicara dengan nya walau hanya berkata 'hai', tapi lidah ini masih kaku di karenakan jantung yang sedari tadi terus berdebar kencang. 'mari bang' kudengar suaranya, what! dia menyapa ku, oh mental ini semakin lemah saja. 'iya mba' balas ku yang tak tau mau ngomong apa lagi, hanya itu yang bisa keluar dari lidah ku. lalu dia meninggalkan ku, bukan ! meninggalkan parkiran motor dengan  perlahan menuju gerbang kompleks kantor. ada sedikit kekecewaan dari diriku, kecewa karna tidak bisa kenalan dengan nya,kecewa dengan pengecut nya mentalku berhadapan dengan nya. 

aku segera memacu motorku dan coba untuk mengejarnya, mungkin aku bisa menghapus kekecewaan ku tadi. aku berhasil mengejarnya, tepat dibelakang nya jantung ku bereaksi lagi, sampai akhir nya aku berada tepat di sebelah nya dan laju meninggalkan jauh dibelakang. aku tidak berani, bukan! tidak etis rasanya berkenalan sambil motoran, itu alasanku untuk menutupi ketidakberanian ku. aku meninggalkannya, aku men-acuh kan dia, tanpa bunyi 'tittt' sedikitpun. dengan rasa sesalku yang besar, aku hanya bisa berharap  dia tidak menganggap ku sombong. entah kenapa dia bisa membuat jantungku tak karuan hanya dengan matanya, dia yang membuat aku berdoa untuk bertemu lagi dengan nya, dia yang membuat aku menjadi sering memantau parkiran, dia yang membuat  aku selalu lewat depan kantor sebelah secara rutin, dan dia juga yang membuat aku menulis cerita ini.

aku hanya berharap aku bisa bertemu dengan nya besok, lusa, dan besok nya lagi, dan terus setiap hari. hingga aku cukup berani untuk berkenalan, cukup berani untuk meyapa dan cukup berani untuk mengajaknya pulang bersama.

***